Assalamualaikum ikhwah dan akhawat sekalian,
Dakwah adalah usaha manusia untuk mengubah diri dan lingkungannya melalui pelbagai wasilah yang ada.
Dakwah sebenarnya tidak bergantung kepada kekuatan di luar usaha manusia sebagai dasar kerjanya. Hanya sahaja seseorang yang beriman meyakini bahwa ada kekuatan-kekuatan di luar kemanusiaannya yang mampu mempengaruhi kekuatan dirinya.
Pertolongan Allah swt akan datang seiring dengan usaha-usaha kemanusiaan yang dilakukan oleh orang-orang yang beriman.
Oleh kerana itu ketika hijrah, Rasulullah saw meminta bantuan seorang pemandu jalan seraya mengharapkan kemudahan perjalanan dari Rabbnya.
Beliau melakukan perjalanan yang berliku seraya mengharapkan Allah swt menyesatkan usaha pengejaran orang-orang kafir Quraisy. Beliau bersembunyi di dalam gua sebelum Allah menutupinya dengan sarang labah-labah.
Ketika berperang, Rasulullah saw dan kaumnya mempersiapkan pedang dan perbekalan seraya mengharapkan bantuan malaikat dan hujan.
Sesuatu mesti diusahakan atau dikerahkan oleh orang-orang yang beriman dalam perjuangan dakwahnya agar kemudahan-kemudahan dakwah datang kepadanya.
Pertolongan Allah swt tidak boleh diertikan sebagai sebuah "keajaiban dari langit" yang datang dengan tiba-tiba dan begitu sahaja, meskipun perkara itu boleh sahaja berlaku menurut kehendak Allah swt jua.
Tetapi pertolongan Allah swt mesti difahami sebagai jawaban atau balasanNya terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh para hambaNya.
Firman Allah swt :
"Jika kamu menolong (agama) Allah nescaya Allah akan menolong kamu dan meneguhkan langkah-langkah kamu." (QS Muhammad : 7)
SUMBANGAN DAN KEMUDAHAN
Orang-orang yang beriman, khususnya para pemikul dakwah tidak boleh bakhil terhadap apa sahaja yang dimilikinya kerana pada hakikatnya kemanfaatan itu hanya ada pada saat kehidupan di dunia ini.
Setelah mati, tidak ada sesuatu pun yang boleh diberikan oleh manusia untuk menambah timbangan kebaikannya di alam barzakh kelak.
Firman Allah swt :
"Adapun orang orang yang memberi (apa sahaja yang dimilikinya di jalan Allah) dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (husna) maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah, Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa." (QS Al Lail : 5 - 11)
Jadi, sebesar apa pun pemberian atau sumbangan dalam dakwah maka sebesar itu pula kemudahan yang akan diperolehi dari Allah dalam usaha meraih cita-cita dan tujuan-tujuan dakwah.
Keseimbangan antara sumbangan dan kemudahan adalah sunnatullah yang tidak boleh dibantah lagi dan perkara ini merupakan sebuah fenomena sejarah yang terang benderang bagi mereka yang mempelajari dan memahami Al-Qur'an.
Perhatikanlah keadaan perjuangan Rasulullah saw dan para sahabatnya yang di antara mereka saling berlumba-lumba memberikan sumbangannya dalam bentuk apapun di jalan dakwah yang mereka harungi.
Perhatikan pula keadaan kaum Nabi Musa as yang hanya ingin duduk-duduk sahaja sementara Nabi mereka menggadaikan badan dan nyawanya demi cita-cita dakwahnya.
Firman Allah swt :
"Maka apakah kamu melihat orang yang berpaling (dari Al Qur’an) serta memberi sedikit dan tidak mahu memberi lagi? Apakah dia mempunyai pengetahuan tentang yang ghaib sehingga dia mengetahui (apa yang dikatakan) ? Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa ? dan lembaran lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji ? (iaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperolehi selain apa yang telah diusahakannya dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberikan kepadanya balasan yang paling sempurna dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu)" (QS An Najm : 33 - 42)
Pada hakikatnya, seseorang mesti memberikan sumbangannya dalam dakwah sekuat kemampuannya, kerana semuanya itu akan memberi kesan positif bagi kehidupan diri dan masyarakatnya.
"Barangsiapa yang berbuat sebesar zarrah dari kebaikan maka ia pasti akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang berbuat sebesar zarrah dari kejahatan maka ia pasti akan melihat (balasan)nya pula." (QS Al Zalzalah : 7 dan 8)
Pemberian yang ikhlas, hanya semata-mata mengharapkan rahmat serta balasan dari Allah swt semata-mata menjadi syarat yang mutlak bagi sumbangan dalam dakwah.
Berlakunya fenomena seseorang yang hanya dengan sumbangan yang sedikit tetapi mengharapkan hasil duniawi yang besar menunjukkan kefahamannya yang dangkal tentang nilai-nilai ajaran agama Allah ini.
Allah swt telah melarang Rasulullah saw berdakwah untuk memperolehi balasan-balasan duniawi yang nilainya sangat sempit.
Firman Allah swt :
"Dan janganlah engkau memberi (dengan maksud) memperolehi (balasan) yang lebih banyak." (QS Al Muddatsir : 6)
Hendaknya seseorang hanya mengharapkan balasan dari sisi Allah sebesar-besarnya berupa kemudahan hidup di dunia dan akhirat nanti.
Balasan atas sumbangan dakwah yang berbentuk material atau duniawi (anak, harta, kedudukan, kekuasaan, pengikut dan sebagainya) tetap sahaja akan menjadi ujian dan cobaaan yang mesti kita hadapi.
Balasan Allah swt kepada kaum muslimin dalam perang Badar berupa harta rampasan perang yang begitu banyak, akhirnya tidak dapat dikendalikan dengan baik oleh sebahagian kaum muslimin sehingga menjadi sumber fitnah pada perang Uhud.
SUMBANGAN : TANGGUNGJAWAB DAN PENGORBANAN
Seseorang lahir ke dunia tanpa ada peranan sedikitpun dari dirinya sendiri.
1. Ia bukanlah apa-apa sebelum kedua orang tuanya dengan izin Allah mempertemukan sperma dan sel telurnya.
2. Ia bukanlah apa-apa sebelum Allah swt meniupkan roh kepadanya dan memproses secara sempurna bentuk fizikalnya sehingga ia mempunyai kemampuan penghayatan, intelektual dan indera.
Allah swt juga telah membentangkan alam semesta untuk manusia sehingga dengan kreativitinya mampu memberikan berbagai rezeki kepadanya.
Sesungguhnya pemberian Allah swt kepada manusia adalah sesuatu yang tidak terhitung sebagaimana yang disebut dalam Al Qur'an :
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak." (QS Al Kautsar : 1)
Tetapi pada jiwa manusia memang terdapat unsur nafsu syahwat yang melahirkan "sense of belonging" atau rasa kepemilikan dan kecintaan atas segala sesuatu yang melekat pada dirinya yang masih berada dalam genggamannya atau bahkan yang berada dalam angan-angannya.
Oleh kerana itu, sumbangan adalah suatu bentuk tanggungjawab apabila dipandang dari segi bahwa yang diberikan oleh seseorang adalah sesuatu yang sesungguhnya pemberian Allah swt juga.
Manakala, sumbangan adalah suatu bentuk pengorbanan jika dilihat dari segi bahwa seseorang memang mempunyai rasa kepemilikan dan kecintaan atas apa-apa yang ada dalam genggamannya.
Semakin tinggi rasa tanggungjawab dan pengorbanan seseorang maka semakin besar pula sumbangannya terhadap dakwah Islam.
BERBAGAI BENTUK SUMBANGAN TERHADAP DAKWAH
Terdapat bermacam-macam bentuk sumbangan yang dapat dilakukan oleh seseorang di jalan dakwah ini di antaranya adalah :
1. Sumbangan Pemikiran
Sumbangan pemikiran merupakan jiwa dari perjuangan dakwah kerana nilai-nilai Islam hidup bersama hidupnya pemikiran Islam di kalangan ummat.
Ajaran Islam mampu menembusi segala ruang dan waktu yang berubah-ubah dan mampu berhadapan dengan zaman dan peradaban yang dikembangkan oleh manusia. Ia juga sentiasa siap dalam menyediakan berbagai wasilah bagi setiap sistem yang diperlukan dalam kehidupan seperti ekonomi, politik, sosial dan budaya.
Ummat Islam akan mampu menjawab semua cabaran itu dengan satu senjata yang telah ditunjukkan oleh Allah swt iaitu ijtihad. Oleh kerananya, Rasulullah saw sangat menghargai proses ijtihad yang dilakukan oleh para pemikir ummat Islam sebagaimana pesanan yang disampaikannya kepada Muaz bin Jabal ketika akan membuka wilayah Yaman.
Dr Yusuf Al Qardhawi menyatakan dalam kitab `Fiqh Aulawiyyaat' :
"Yang ternampak oleh saya bahwa krisis kita yang utama adalah "krisis pemikiran". Di sana terdapat pencemaran kefahaman ramai orang tentang Islam. Kedangkalan yang nyata dalam menyedari ajaran-ajarannya serta urutan-urutannya.
Mana yang paling penting, mana yang penting dan mana yang kurang penting. Ada pula yang lemah dalam memahami keadaan masa kini dan kenyataan sekarang (fiqh al waqi').
Ada yang tidak mengetahui tentang "orang lain" sehingga kita jatuh pada penilaian yang terlalu "berlebihan" (over estimation) atau sebaliknya bersikap "bermudah-mudah" (under estimation), sementara orang lain mengerti benar siapa kita bahkan mereka dapat menyingkap kita sampai ke tulang sumsum kita.
Sehingga ke hari ini kita belum mengetahui faktor-faktor kekuatan yang kita miliki dan titik-titik kelemahan yang ada pada kita. Kita sering membesar-besarkan sesuatu yang kecil dan meremehkan sesuatu yang besar, baik dalam kemampuan mahupun dalam keaiban kita."
Sumbangan kaum muslimin dalam bidang pemikiran akan melahirkan sebuah wawasan intelektual dan peradaban Islam sebagaimana yang pernah ditunjukkan dalam sejarah peradaban manusia sejak masa Rasulullah saw hingga ke zaman khilafah-khilafah Islamiyah sesudahnya.
Oleh yang demikian, sumbangan dalam bidang pemikiran ini akan menghasilkan :
a. Buah dalam bidang keilmuan dengan berkembangnya berbagai cabang ilmu.
b. Buah dalam bidang keterampilan dengan berkembangnya berbagai keahlian budaya yang menunjang peradaban kaum muslimin.
2. Sumbangan Material (Harta Benda)
Sumbangan material merupakan kekuatan fizikal dari dakwah kerana ia akan menggerakkan perjalanan perjuangan ini.
Berbagai wasilah perjuangan diperlukan dan mesti diperolehi melalui penyediaan material dan kewangan. Oleh karena itu, berbagai persiapan dalam perkara ini telah diperintahkan oleh Allah swt sebagaimana firmanNya :
"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa sahaja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya. Apa sahaja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah nescaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)." (QS Al Anfal : 60)
Para sahabat telah menunjukkan betapa perjuangan dakwah mesti diikuti oleh perjuangan mengorbankan harta, bahkan kadangkala dalam jumlah yang tiada taranya.
Abu Bakar As Shiddiq ra adalah sahabat yang rela mengorbankan seluruh harta miliknya di jalan Allah.
Manakala Utsman bin Affan yang kaya raya itu juga sangat luar biasa, tanggungjawabnya dalam persoalan sumbangan material ini. Pada zaman Khalifah Umar bin Al Khattab ra, berlaku musim kemarau di mana Utsman menyumbangkan gandum yang dibawa oleh seribu ekor unta.
Sebahagian sahabat ada yang masih hidup dalam zaman kekhalifahan yang memiliki harta kekayaan negara yang sangat banyak sehingga mereka sempat hidup dalam keadaan makmur sebagai hasil perjuangan mereka namun tidak sedikit juga yang sudah lebih dulu meninggal dunia dalam keadaan penuh kekurangan.
Perjuangan yang dihidupkan tidak hanya dengan semangat dan pemikiran, tetapi dengan dukungan material yang kuat akan mampu mengimbangi kekuatan musuh-musuh yang seringkali memiliki kemudahan yang lengkap dan hebat.
Perhatian dalam perkara ini adalah sebuah kewajiban yang asasi kerana ini merupakan tuntutan sunatullah. Inilah yang ditunaikan oleh Umar bin Al Khattab ra ketika menghasilkan senjata-senjata perang atau Utsman bin Affan ra ketika membangun angkatan laut yang kuat di bawah pimpinan Muawiyah.
3. Sumbangan Jiwa
Sumbangan jiwa boleh berbentuk pengorbanan untuk menundukkan dorongan-dorongan nafsunya yang memerintahkan kepada keburukan dan menyerahkannya kepada ketaqwaan. Sesungguhnya ini adalah sumbangan yang mendasari seluruh sumbangan lainnya.
Seseorang mesti mengatasi keinginan-keinginan untuk membesarkan dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum mahu berkorban bagi pihak lain. Ia mesti membebaskan dirinya dari sifat bakhil yang mengongkong jiwanya samada dalam aspek material ataupun bukan material.
Sumbangan terbesar yang diberikan oleh seseorang kepada dakwah apabila ia rela bukan sahaja menundukkan jiwa kebakhilannya, tetapi bahkan melepaskan jiwanya itu sendiri dari badannya demi perjuangan dakwah.
Inilah cita cita terbesar dari seorang pejuang dakwah yang diikrarkannya tatkala ia mulai melangkahkan kakinya di jalan dakwah.
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka, Mereka berperang pada jalan Allah lalu mereka membunuh atau terbunuh, (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar."(QS At Taubah : 111)
Termasuk dalam sumbangan jiwa ini adalah sumbangan atau pengorbanan :
a. Waktu.
b. Kesempatan.
yang dimiliki seseorang dalam perjalanan kehidupannya.
Waktunya tidak akan dibelanjakan kepada perkara-perkara yang tidak memiliki aspek dakwah.
Ia juga tidak akan menciptakan atau mengambil kesempatan-kesempatan dalam kehidupannya kecuali yang bernilai akhirat.
Ini adalah kerana, hanya dengan cara itulah ia mampu mengisi perjalanan jiwanya dengan tenang sehingga nanti, Allah swt memanggil jiwanya dan menyatakan selamat tinggal kepada jasadnya yang fana dan akan menjadi tanah.
"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya, Maka masuklah ke dalam jamaah hamba hambaKu dan masuklah ke dalam syurgaKu." (QS Al Fajr : 27-30)
Ya Allah, kami memahami bahwa semua nikmat-nikmat yang kami perolehi adalah bersumber dariMu. Maka berilah kekuatan kepada kami supaya kami tidak bakhil dan merasa mudah pula untuk mengorbankannya dan menyumbang kepada penegakan agamaMu di muka bumi ini kerana sesungguhnya kami memahami bahwa pertolonganMu akan datang apabila kami juga berusaha untuk menolong dan memperkuatkan DeenMu serta berjuang supaya kalimahMu akan tetap tinggi.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
by IKRAM SELANGOR
No comments:
Post a Comment