Tuesday 27 January 2015

Enam Hak dan Kewajiban Muslim atas Muslim Lainnya



 Rasulullah Saw bersabda: "

"Hak seorang Muslim atas Muslim lainnya ada enam: 

(1) Jika engkau bertemu dengannya, maka ucapkan salam, dan 
(2) jika dia mengundangmu maka datangilah, 
(3) jika dia minta nasihat kepadamu berilah nasihat,
(4) jika dia bersin dan mengucapkan hamdalah maka balaslah (dengan doa: Yarhamukallah),
(5) jika dia sakit maka kunjungilah, dan 
(6) jika dia meninggal maka antarkanlah (jenazahnya ke kuburan).” 
                      (HR. Muslim).

1. Mengucapkan salam.
Mengucapkan salam (Assalamu'alaikum = semoga Anda berada dalam keselamatan ) adalah sunnah yang sangat dianjurkan karena dia merupakan penyebab tumbuhnya rasa cinta dan dekat di kalangan kaum muslimin sebagaimana dapat disaksikan dan sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Saw:

"Demi Allah tidak akan masuk surga hingga kalian beriman dan tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kuberitahukan sesuatu yang jika kalian lakukan akan menumbuhkan rasa cinta di antara kalian?, Sebarkan salam di antara kalian" (HR. Muslim).

Rasulullah Saw selalu memulai salam kepada siapa saja yang beliau temui dan bahkan dia memberi salam kepada anak-anak jika menemui mereka.

Sunnahnya adalah yang kecil memberi salam kepada yang besar, yang sedikit memberi salam kepada yang banyak, yang berkendaraan memberi salam kepada pejalan kaki, akan tetapi jika yang lebih utama tidak juga memberikan salam maka yang lainlah yang hendaknya memberikan salam agar sunnah tersebut tidak hilang.

Jika yang kecil tidak memberi salam, maka yang besar memberikan salam, jika yang sedikit tidak memberi salam, maka yang banyak memberi salam agar pahalanya tetap dapat diraih.

Ammar bin Yasir r.a. berkata, “Ada tiga hal yang jika ketiganya diraih maka sempurnalah iman seseorang: Jujur (dalam menilai) dirinya, memberi salam kepada khalayak dan berinfaq saat kesulitan“ (HR. Muslim).
Jika memulai salam hukumnya sunnah maka menjawabnya adalah fardhu kifayah, jika sebagian melakukannya maka yang lain gugur kewajibannya. Misalnya jika seseorang memberi salam atas sejumlah orang maka yang menjawabnya hanya seorang maka yang lain gugur kewajibannya.

Allah Ta’ala berfirman: "Apabila kamu dihormati dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balalaslah dengan yang serupa (QS. An-Nisaa': 86).

Tidak cukup menjawab salam dengan mengucapkan: “Ahlan Wasahlan“ saja, karena dia bukan termasuk “yang lebih baik darinya”, maka jika seseorang berkata: “Assalamualaikum”, maka jawablah: “Wa’alaikumus salam”, jika dia berkata : “Ahlan”, maka jawablah : “Ahlan” juga, dan jika dia menambah ucapan selamatnya maka itu lebih utama.

Monday 12 January 2015

Bagaimanakah kecintaan kita kepada Rasulullah s.a.w

Kehebatan Briged Al Qassam dalam berjuang mempertahankan maruah dan kedaulatan Palestin di Gaza memang amat digeruni oleh Rejim Zionis Israel laknatullah.

Dalam berjuang mempertahankan Palestin Briged Al Qassam amat menitikberatkan disiplin dalam menjaga hubungan dengan Allah SWT sehingga setiap anggota diwajibkan untuk sentiasa solat berjemaah dan menghafaz surah-surah dalam Al-Quran.

Kisah di bawah ini di copy-paste daripada FB sebagai perkongsian buat semua pembaca.

Kisah seorang petugas sukarelawan Malaysia di Gaza . Sehinggalah..menjejak kaki di bumi Gaza...apabila ditegur oleh seorang anggota Alqassam semasa pergi ke kem di Jabaliya Soalan pertama dia tanya.. " anta isap rokok tak? " saya jawab..hisap tapi di malaysia.. Di gaza tak hisap lagi.. Lepas itu..dia senyap dalam 3,4 minit..saya tunggu soalan yang seterusnya..kenapa susah payah dia nak tanya soalan yang kedua.. Mungkin dia takut..saya akan terasa hati kalau dia tanya soalan yang seterusnya..kemudian dia menarik nafas dalam-dalam.baru dia bertanya semula. "Anta sayang tak Rasulullah?" Saya dengan pantas menjawab.."mana mungkin tidak sayang..mestilah sayang...!" Dia kemudian memberi penerangan ...."kalau sayangkan Rasulullah..kita tidak akan buat apa yg Rasulullah tidak suka buat..Rasulullah tidak suka kepada perkara-perkara yang merosakkan diri sendiri dan orang lain..Rasulullah tidak suka kepada benda-benda yang berapi dan yang mengeluarkan asap... Rasulullah tidak suka kepada bau-bauan yang busuk.." Katanya lagi.."agaknya kalau kita buat juga perkara-perkara yang Rasulullah tidak suka..Rasulullah sayang tak dengan kita??" Saya senyap terus..airmata mngalir..berasa sebak dan pilu dalam hati...selepas hari tu sehingga kini.saya dah tidak menyentuh rokok.. Sehinggakan orang nak suruh hulur kotak rokok pun saya tak mahu .. Sekadar pengajaran...

Semoga dengan perkongsian ini dapat membuka hati kita untuk bermuhasabah, tentang sejauh manakah kecintaan kita terhadap Rasulullah SAW.

Sunday 4 January 2015

Muslim Sejati Gemar Muhasabah Diri

MUHASABAH secara sedehana bisa dipahami sama dengan intropeksi, yaitu seseorang bertanya kepada dirinya sendiri tentang perbuatan yang dia lakukan agar jiwa menjadi tenang, dan memastikan secara gamblang apakah perbuatan yang dilakukan dalam kehidupannya sesuai dengan perintah-perintah Allah Ta’ala.
Demikianlah yang dilakukan oleh para sahabat Nabi. Mereka tidak pernah menutup malam harinya kecuali telah melakukan muhasabah. Bahkan seorang Abu Bakar mampu menghisab dirinya sendiri sedemikian rupa.
Menjelang akhir wafatnya, Abu Bakar memanggil putrinya Aisyah radhiyallahu anha. Abu Bakar berkata, “Sesungguhnya semenjak kita menangani urusan kaum Muslimin, tidak pernah makan (dari dinar dan dirham mereka). Yang kita makan adalah makanan yang keras dan sudah rusak.” (HR. Ahmad).
Demikianlah Abu Bakar menghisab dirinya sendiri. Bahkan sahabat utama Nabi itu tidak memperkenankan Aisyah mengambil apa yang dimiliki Abu Bakar. Semuanya diminta untuk diserahkan kepada Umar bin Khaththab. Tentu, langkah Abu Bakar ini sagat berat. Tetapi tatkala muhasabah telah menjadi gaya hidup maka tidak ada yang lebih penting selain menyucikan diri demi ridha Ilahi.
Abu Bakar dan sahabat Nabi yang lainnya benar-benar serius menghisab dirinya. Hal tersebut tidak lain karena hadits Nabi yang berbunyi; “Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sehingga ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya, tentang masa mudanya, digunakan untuk apa, tentang hartanya, dari mana diperoleh dan kemana dihabiskan, dan tentang ilmunya, apa yang dilakukan dengan ilmunya itu.” (HR. Tirmidzi).
Jadi, sebagai apa pun dan di masa apa pun seorang Muslim wajib melakukan muhasabah.
Sebelum hari perhitungan benar-benar kita hadapi.  Pantas jika Umar bin Khaththab sering mengingatkan umat Islam untuk selalu melakukan muhasabah diri. “Hasibu qobla an tuhasabu,” artinya hitunglah diri kalian sebelum datang hari perhitungan.
Dalam pandangan Hasan Al-Bashri muhasabah akan meringankan hisab di hari akhir. Sebab Allah tidak pernah melewatkan satu perbuatan pun melainkan telah tercatat di sisi-Nya.
  اللَّهُ وَنَسُوهُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
“Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya.” (QS. Al-Mujadilah: 6).
Jadi tidak sepatutnya jika seorang Muslim melewati hari-harinya tanpa melakukan muhasabah diri. Karena hanya dengan muhasabah itulah hati kita terjaga dari kelalaian, mulut terhindar dari mengucapkan keburukan dan perbuatan kita akan terpelihara dari segala maksiat dan kemunkaran....

Cacatan dari hidayatullah.com